Wednesday, June 25, 2014

Mari Menulis

Hallo dunia... Apa kabarmu?
Semoga mentari masih menghangatkan siangmu, dan rembulan menerangi malammu.

Let's talk...
Eh salah ding... Mari menulis
Pada tau sama istilah move on kan?
Dari bocah piyik-piyik sampe nenek-nenek, pasti dah pada kenal sama kata itu. Konon, buat penyemangat manusia-manusia yang lagi galau, buat manusia-manusia yang putus asa dan patah hati karena cinta serta urusan asmara. Dan.... salah satu ciri manusia-manusia yang sudah move on ini kabarnya suka selfie alias foto-foto narsis.

Duh duh duh... banyak kan istilah jaman sekarang ni. Belum lagi jargon-jargon aneh yang keluar dari iklan. Tujuan iklannya sih kena, jargonnya jadi terkenal dan dikenal banyak orang. Tapi apa produk yang dijual juga menjadi seterkenal jargon yang terkadang terkesan jadi tidak tepat sasaran.
Lha masak iya, anak-anak ditegur oleh orang tua atau gurunya terus dengan seenaknya bilang "MASBULOH? MASALAH BUAT LO?"
Haduh... apa gak bikin emak sama gurunya kalang kabut trus pingsan di tempat liat perilaku anaknya yang luar biasa? Karena apa tu? Jawabnya, ya karena terlalu banyak data yang diterima anak. padahal si anak sendiri belum siap menerima data ini dan mengolahnya menjadi informasi yang sesuai. Jadinya yaaaa sering kali cuma meniru aja habis-habisan. Emang sih, masa anak-anak tu masa imitasi alias meniru apapun yang diterima organ sensoris nya.
Jadi orang tua dan guru jaman sekarang harus punya tumpukan iman, takwa dan kesabaran yang luar biasa. Terutama kesabaran. Sumpe lo... harus sabar... sabar... dan sabar... Are you ready to be a good, patient  and wise parent? Aku gak bilang kalo aku siap jadi ortu yang sabar, baik dan bijak loh, hanya akan berusaha.
Nah loh... Jadi berat kan pembahasannya. Bukan benci pembahasan ini, cuma terkadang kok ya mikirnya jadi jauuuuuhhhhh banget. Trus ada ujungnya pula, will i? can i? Haduh... bikin desperate.

Buatku, move on itu berhasil membuat situasi yang tidak nyaman menjadi situasi yang nyaman.
Setiap orang pasti selalu ingin dalam posisi yang nyaman dan berusaha berada dalam posisi yang seimbang atau homeostasis.
Mmmmm sekarang aku dalam posisi itu. Lagi berusaha mempertahankan diri agar tetap dalam posisi yang seimbang dan berusaha mengubah situasi yang tidak nyaman ini menjadi situasi yang nyaman. Kuncinya cuma pada pengenalan dan adaptasi. Mungkin nanti akan ada seleksi alam, yang kalah terus akan tumbang. Tapi aku yakin aja kalo aku bisa, dan gak akan tumbang. Setidaknya aku akan bertahan.

Banyak orang mengkotak-kotakan diri ketika berada di zona nyaman dengan menunjuk ini wilayah ku, ini daerah kekuasaanku. Dalam wilayah itu, dia tidak berbuat apa-apa karena sudah merasa nyaman.
Oke terkadang kita memang perlu merasa cukup alias qanaah. Tapi qanaah itu hanya boleh ketika kita sudah melakukan sesuatu alias berusaha sepenuh hati.
Ketika kita tidak melakukan apa-apa tapi merasa sudah cukup, itu namanya tidak berkembang. Karena sesungguhnya zona nyaman yang ditempati saat itu bukan milik kita sepenuhnya, bukan atas perjuangan kita. Dengan gagah menunjukkan gelar sarjana kepada orang tua, karena sudah berjuang habis-habisan menyelesaikan masa kuliah dan bertempur dengan dosen pembimbing demi menuntaskan tugas akhir. Sumpah rasanya bangga banget, terasa manisssssss....
Duh duh duh... cerita apa aku ni ya? :D

Kalo orang-orang pada latah oke fix dan move on.
Aku cuma pengen menikmati proses saja. Bukan berarti aku mengikuti arus. Karena cuma kotoran dan ikan mati saja yang mengikuti arus.

Have a nice day and reading happily.

No comments:

Post a Comment